Biografi Indro Warkop Dki - Komedian Indonesia
Biografi Indro Warkop DKI - Pelawak Indonesia. Nama Lengkap dia adalah Drs. H. Indrodjojo Kusumonegoro atau bersahabat disapa sebagai Indro " Warkop" dilahirkan di Purbalingga, Jawa Tengah, pada tanggal 8 Mei 1958, Ia merupakan personil grup lawak legendaris di Indonesia yaitu Warkop DKI yang masih hidup hingga kini sehabis kepergian Dono dan Kasino yang telah wafat. Pendidikan terakhirnya yaitu sarjana ekonomi di Universitas Pancasila, Jakarta. Hobi yang paling digandrunginya hingga kini yaitu berkendara dan melaksanakan tur dengan motor Harley Davidson namun masih tetap aktif sebagai pelawak dan mengisi acara-acara hiburan. Awal Warkop eksis ketika diberi kesempatan untuk tampil di Radio Pambors Jakarta untuk mengisi program dialog komedi, disinilah Indro kemudian bertemu dengan Dono warkop yang juga menjadi penyiar Radio Prambors serta Kasino Warkop, dan dari sinilah cikal bakal terbentuknya grup lawak fenomenal “Warkop DKI” yang awalnya berjulukan Warkop Prambors yang dibuat oleh Nanu (Nanu Mulyono), Rudy (Rudy Badil), Dono (Wahjoe Sardono), Kasino (Kasino Hadiwibowo) dan Indro (Indrodjojo Kusumonegoro), yang kemudian populer menjadi Warkop DKI yang digawangi oleh Dono, Kasino dan Indro. Nanu, Rudy, Dono dan Kasino yaitu mahasiswa Universitas Indonesia (UI)
Baca juga : Biografi Dono Warkop DKI
Mereka pertama kali meraih kesuksesan lewat program Obrolan Santai di Warung Kopi yang merupakan garapan dari Temmy Lesanpura, Kepala Bagian Programming Radio Prambors. Acara dagelan setiap Jumat malam antara pukul 20.30 hingga pukul 21.15, disiarkan oleh radio Prambors yang bermarkas di daerah Mendut, Prambanan, Borobudur, alias Menteng Pinggir. Ide awal dialog Warkop Prambors berawal dari dedengkot radio Prambors, Temmy Lesanpura.
Radio Prambors meminta Hariman Siregar, dedengkot mahasiswa UI untuk mengisi program di Prambors. Hariman pun menunjuk Kasino dan Nanu, sang pelawak di kalangan kampus UI untuk mengisi program ini. Ide ini pun segera didukung oleh Kasino, Nanu, dan Rudy Badil, kemudian disusul oleh Dono dan Indro.
Rudy yang semula ikut Warkop ketika masih siaran radio, tak berani ikut Warkop dalam melaksanakan dagelan panggung, alasannya yaitu demam panggung (stage fright). Dono pun awalnya ketika manggung beberapa menit pertama mojok dulu, alasannya yaitu masih aib dan takut. Setelah beberapa menit, barulah Dono mulai ikut berpartisipasi dan mulai kerasan, hingga alhasil terus menggila hingga tamat durasi lawakan. Indro yaitu anggota termuda, ketika anggota Warkop yang lain sudah menduduki dingklik kuliah, Indro masih pelajar SMA.
Pertama kali Warkop muncul di pesta perpisahan (kalau kini prom nite) Sekolah Menengan Atas IX yang diadakan di Hotel Indonesia. Semua personel gemetar, alias demam panggung, dan hasilnya hanya sanggup dibilang tidak mengecewakan saja, tidak terlalu sukses. Namun insiden pada tahun 1976 itulah pertama kali Warkop mendapatkan gaji yang berupa uang transport sebesar Rp20.000.
Uang itu dirasakan para personel Warkop besar sekali, namun alhasil habis untuk menraktir makan teman-teman mereka. Berikutnya mereka manggung di Tropicana. Sebelum naik panggung, kembali seluruh personel komat-kamit dan panas dingin, tapi ternyata hasilnya kembali lumayan.
Baca juga : Biografi Kasino Warkop DKI
Baru pada program Terminal Musikal (asuhan Mus Mualim), grup Warkop Prambors gres benar-benar lahir sebagai bintang gres dalam dunia lawak Indonesia. Acara Terminal Musikal sendiri tak hanya melahirkan Warkop tetapi juga membantu memperkenalkan grup PSP (Pancaran Sinar Petromaks), yang bertetangga dengan Warkop. Sejak itulah gaji mereka mulai meroket, sekitar Rp 1.000.000 per pertunjukan atau dibagi empat orang, setiap personel menerima no pek go ceng (Rp 250.000).
Mereka juga jadi dikenal lewat nama Dono-Kasino-Indro atau DKI (yang merupakan pelesetan dari kependekan Daerah Khusus Ibukota). Ini alasannya yaitu nama mereka sebelumnya Warkop Prambors mempunyai konsekuensi tersendiri. Selama mereka menggunakan nama Warkop Prambors, maka mereka harus mengirim royalti kepada Radio Prambors sebagai pemilik nama Prambors.
Maka itu kemudian mereka mengganti nama menjadi Warkop DKI, untuk menghentikan praktik upeti itu. Setelah puas manggung dan mengobrol di udara, Warkop mulai menciptakan film-film komedi yang selalu laku ditonton oleh masyarakat.
Dari filmlah para personel Warkop mulai meraup kekayaan berlimpah. Dengan gaji Rp 15.000.000 per satu film untuk satu grup, maka mereka pun kebanjiran uang, alasannya yaitu tiap tahun mereka membintangi minimal 2 judul film pada dekade 1980 dan 1990-an yang pada masa itu selalu diputar sebagai film menyambut Tahun Baru Masehi dan menyambut Hari Raya Idul Fitri di hampir semua bioskop utama di seluruh Indonesia.
Semasa berada di puncak kejayaan, Indrodjoja "Indro Warkop" Kusumonegoro, gemar sekali memboyong keluarganya berlibur ke Eropa dan Australia. Tapi, belakangan ia membawa mereka ke Tanah Suci Mekkah. "Dulu salah jalan gue," ujar pelawak yang namanya berkibar di bawah bendera Warkop bersama almarhum Dono dan Kasino itu. Tahun 2004 yaitu ibadah umrah Indro yang ketiga. Bahkan, ia menunaikan ibadah haji tahun sebelumnya.
Lelaki kelahiran 8 Mei 1958 itu merasa senang sanggup melaksanakan napak tilas perjalanan Nabi. Setiap kali hingga di multazam, Indro tak lupa mengucapkan doa khusus untuk Dono dan Kasino. "Mereka bukan cuma sahabat bagi gue, bahkan lebih dari saudara," ungkapnya kepada Nordin Hidayat dari Gatra. Rupanya, Indro tak sekadar melaksanakan napak tilas perjalanan Nabi.
Seusai menunaikan rukun wajib, ia mampir dulu ke gerai Harley-Davidson Saudi Arabia di Andalus St., Jeddah. Bersama istri dan ketiga anaknya, Handika "Hade" Indrajanthy Putri, Satya Paramita "Hada" Dwinita, dan Harleyano "Harley" Triandro, penggila motor gede (moge) itu membelanjakan 4120 riyalnya (lebih dari Rp 10 juta) untuk aksesoris moge koleksinya. Bagi pemilik tujuh moge itu, belanja tambahan Harley buat keluarga mirip ritual tahunan.
Indro memang menggandrungi Harley Davidson. Berbagai aksesoris motor besar buatan Amerika itu pun menjadi penghias di ruang tamunya. Ada yang terbuat dari tembaga dan berbentuk lukisan biasa. Miniatur sepeda bau tanah di dalam figura kaca, berdiri di meja kiri. Boneka berkepala singa, terpajang di meja sudut kanan.
Menggendarai motor Harley Davidson, hobi yang mendarah-daging dari keluarganya. Di komunitas Harley Davidson, ia menjabat sekretaris jenderal cum pendiri pertama Harley Davidson Club Indonesia (HDCI). Karena kegandrungannya, anak bungsunya ia beri nama Harley. Motor pertamanya dibeli tahun 1975. Baginya, Warkop yaitu darah daging. Meski sendirian, ia tak ingin Warkop pupus. Ia merasa masih sebuah keluarga. Keluarga yang harus dipertahankan.
Daftar Profil dan Biografi Personil Warkop DKI :
Baca juga : Biografi Dono Warkop DKI
Radio Prambors meminta Hariman Siregar, dedengkot mahasiswa UI untuk mengisi program di Prambors. Hariman pun menunjuk Kasino dan Nanu, sang pelawak di kalangan kampus UI untuk mengisi program ini. Ide ini pun segera didukung oleh Kasino, Nanu, dan Rudy Badil, kemudian disusul oleh Dono dan Indro.
Rudy yang semula ikut Warkop ketika masih siaran radio, tak berani ikut Warkop dalam melaksanakan dagelan panggung, alasannya yaitu demam panggung (stage fright). Dono pun awalnya ketika manggung beberapa menit pertama mojok dulu, alasannya yaitu masih aib dan takut. Setelah beberapa menit, barulah Dono mulai ikut berpartisipasi dan mulai kerasan, hingga alhasil terus menggila hingga tamat durasi lawakan. Indro yaitu anggota termuda, ketika anggota Warkop yang lain sudah menduduki dingklik kuliah, Indro masih pelajar SMA.
![]() |
Warkop DKI |
Uang itu dirasakan para personel Warkop besar sekali, namun alhasil habis untuk menraktir makan teman-teman mereka. Berikutnya mereka manggung di Tropicana. Sebelum naik panggung, kembali seluruh personel komat-kamit dan panas dingin, tapi ternyata hasilnya kembali lumayan.
Baca juga : Biografi Kasino Warkop DKI
Baru pada program Terminal Musikal (asuhan Mus Mualim), grup Warkop Prambors gres benar-benar lahir sebagai bintang gres dalam dunia lawak Indonesia. Acara Terminal Musikal sendiri tak hanya melahirkan Warkop tetapi juga membantu memperkenalkan grup PSP (Pancaran Sinar Petromaks), yang bertetangga dengan Warkop. Sejak itulah gaji mereka mulai meroket, sekitar Rp 1.000.000 per pertunjukan atau dibagi empat orang, setiap personel menerima no pek go ceng (Rp 250.000).
Mereka juga jadi dikenal lewat nama Dono-Kasino-Indro atau DKI (yang merupakan pelesetan dari kependekan Daerah Khusus Ibukota). Ini alasannya yaitu nama mereka sebelumnya Warkop Prambors mempunyai konsekuensi tersendiri. Selama mereka menggunakan nama Warkop Prambors, maka mereka harus mengirim royalti kepada Radio Prambors sebagai pemilik nama Prambors.
Maka itu kemudian mereka mengganti nama menjadi Warkop DKI, untuk menghentikan praktik upeti itu. Setelah puas manggung dan mengobrol di udara, Warkop mulai menciptakan film-film komedi yang selalu laku ditonton oleh masyarakat.
Dari filmlah para personel Warkop mulai meraup kekayaan berlimpah. Dengan gaji Rp 15.000.000 per satu film untuk satu grup, maka mereka pun kebanjiran uang, alasannya yaitu tiap tahun mereka membintangi minimal 2 judul film pada dekade 1980 dan 1990-an yang pada masa itu selalu diputar sebagai film menyambut Tahun Baru Masehi dan menyambut Hari Raya Idul Fitri di hampir semua bioskop utama di seluruh Indonesia.
![]() |
Dono, Kasino, Indro dalam Warkop DKI |
Seusai menunaikan rukun wajib, ia mampir dulu ke gerai Harley-Davidson Saudi Arabia di Andalus St., Jeddah. Bersama istri dan ketiga anaknya, Handika "Hade" Indrajanthy Putri, Satya Paramita "Hada" Dwinita, dan Harleyano "Harley" Triandro, penggila motor gede (moge) itu membelanjakan 4120 riyalnya (lebih dari Rp 10 juta) untuk aksesoris moge koleksinya. Bagi pemilik tujuh moge itu, belanja tambahan Harley buat keluarga mirip ritual tahunan.
![]() |
Indro Warkop DKI |
Menggendarai motor Harley Davidson, hobi yang mendarah-daging dari keluarganya. Di komunitas Harley Davidson, ia menjabat sekretaris jenderal cum pendiri pertama Harley Davidson Club Indonesia (HDCI). Karena kegandrungannya, anak bungsunya ia beri nama Harley. Motor pertamanya dibeli tahun 1975. Baginya, Warkop yaitu darah daging. Meski sendirian, ia tak ingin Warkop pupus. Ia merasa masih sebuah keluarga. Keluarga yang harus dipertahankan.
Warkop kan, tinggal gue doang. Ya, gue yang memperlihatkan saran dan mengawasi kehidupan mereka,Banyak kabar menyampaikan jika dirinya berencana membentuk grup baru. Walaupun ketika ini Indro harus berjalan sendiri, dia menegaskan jika dirinya tidak pernah berniat mengajak pelawak lain untuk membangun grup warkop yang baru.
Yang sanggup memisahkan kami bertiga hanya maut. Setelah Dono dan Kasino tak ada, saya akan melanjutkan grup ini sendiri. Tidak ada niat buat cari orang alasannya yaitu kami ditakdirkan untuk bertiga saja,” ungkapnya menjelaskan.
0 Response to "Biografi Indro Warkop Dki - Komedian Indonesia"
Post a Comment