Biografi Opick - Penyanyi Religi Indonesia
Biografi Opick. Siapa yang tidak mengenal Opick, seorang penyanyi lagu-lagu religi Islami dan juga seorang pencipta lagu yang banyak digemari di Indonesia, usaha hidupnya hingga menjadi penyanyi sangat baik untuk disimak . Opick terlahir dengan nama lengkap Aunur Rofiq Lil Firdaus. Ia dilahirkan dari pasangan Dra. H. Lilik Sholelah dan Abdul Gofur, di Jember, Jawa Timur, 16 Maret 1974. Walaupun Opick kecil dikenal anak bandel, tetapi dalam hal mempelajari agama, ia termasuk anak yang rajin. Dari kedua orangtuanyalah pendidikan agama lebih banyak diperolehnya. Cucu K.H. Abdul Mukti, seorang kiai yang cukup ternama di daerahnya, ini mempunyai jiwa mandiri, percaya diri, dan pikiran ke depan. Sebagai anak yang tiba dari keluarga sederhana, Opick termasuk anak yang terbiasa menelan kehidupan lingkungan susah sebagaimana umumnya kehidupan di perkampungan.
Kali pertama Opick memahami arti kemandirian, bermula semenjak di kursi SD dikala ia harus tinggal di tempat kos biar bisa erat dengan sekolahnya. Di sinilah bersama-sama jiwa kepemimpinannya tertanam lantaran segala tindakan dan sikapnya harus diambil sendiri tanpa mengandalkan ibu-bapaknya yang berada jauh dari tempat kosnya. Sikap ini berlanjut hingga di masa remaja. Perasaan minder dengan keadaan yang dijalaninya acapkali ditutupi dengan perilaku-perilaku yang berani dan memperlihatkan sikap-sikap yang menggoda sahabat sebayanya. Opick berani mengambil sikap melawan arus untuk mempertahankan prinsip dan harapan yang dipegangnya. Meskipun begitu, ia sanggup diterima oleh mitra sebayanya, bahkan dalam beberapa kesempatan, selalu dijadikan pemimpin oleh teman-temannya.
Sejak SMP, Opick sudah mempunyai talenta bernyanyi dan bisa memainkan beberapa alat musik, bahkan mendirikan sebuah band. Perjalanan bermusik Opick dijalani dengan panjang. Namun, tekad dan kerja kerasnya terus tertanam untuk bisa mencapai kesuksesan. Ketika memasuki usia dewasa, Opick tetap memegang teguh prinsip hidupnya. Berbeda dengan dikala ia kecil, pada masa ini Opick lebih berpikir bagaimana mewujudkan cita-citanya, khususnya dalam berkarier di dunia kesenian (musik dan teater). Setelah tamat SMA, ia memutuskan untuk bisa berdomisili di Jakarta dalam mewujudkan cita-citanya.
Dengan modal rekaman lagu dengan alat yang serba terbatas, ia mengatakan lagu-lagunya. Namun, semuanya sia-sia. Tidak ada label yang menerimanya. Pada 1993, awalnya Opick berdomisili di Jakarta, tepatnya di Gang Sawo, Rawamangun. Selain aktif dalam kegiatan warga dan keagamaan serta ramah berbaur dengan lingkungan sekitarnya, Opick ikut kegiatan Komunitas Sawo atau dikenal dengan komunitas teater Bela Studio. Waktu itu, opick sangat bercita-cita bisa bergabung dan aktif di Bengkel Teater yang dipimpin Rendra. Kehidupan Opick di Jakarta di masa-masa itu jauh dari kemapanan. Modal di Jakarta yaitu sedikit talenta dalam kesenian khususnya dalam hal musik dan ilmu agama secukupnya. Namun begitu, di lingkungannya ia dikenal sebagai seorang santri. Hal itulah yang menciptakan greget dalam dirinya. Dia meratapi betapa ia tidak mendalami agama semenjak dari dahulu. Dengan itikad itulah, ia terdorong untuk lebih mendalami agama di Jakarta. Besar di lingkungan santri sedari kecil menjadi modal besar lengan berkuasa baginya dalam berinteraksi dengan ilmu agamanya.
Hidup sendiri di Jakarta, banyak pengalaman yang opick peroleh, khususnya mengenai hakikat hidup. Sebelum sukses, opick mempunyai keyakinan apa yang dibuatnya baik akan menuai kebaikan. Dia teguhkan terus keyakinan ini dalam setiap doanya. Hingga ia kesudahannya meyakini bahwa musik sebagai jalan hidupnya. Pengalaman menarik yang dimiliki Opick ialah kebiasaannya bernyanyi di pinggir jalan, di halte bus depan Arion, Rawamangun, Jakarta setiap habis subuh hingga pukul 7 pagi. Kebiasaan gila ini dijalaninya selama 3 tahun. Alasannya, untuk melatih vokal, mencari ide dari kemudian lalangnya kendaraan dan para pengamen, serta meyakinkan diri untuk tetap mempertahankan cita-citanya, yaitu sukses di dunia musik.
pada tahun 90-an, Opick memulai karier bermusiknya dengan membentuk sebuah grup musik berjulukan Timor Band yang beraliran cadas, yang personilnya tak lain dan tak bukan sahabatnya di Jember. Sayang, album Nyanyian Perjalanan yang dirilisnya menuai protes dari banyak pihak lantaran liriknya menyinggung banyak orang. Kritikan dan masukan pun tiba dari banyak sekali pihak. Karena tak mau menamatkan karier musiknya, Opick harus berpikir panjang untuk mengubah anutan dan penampilannya dalam bermusik. Dengan banyak sekali pertimbangan, kesudahannya sang rocker mulai hijrah. Sorban dan baju koko jadi pilihan dalam tiap kegiatan penampilannya. Opick bisa dibilang satu dari sedikit penyanyi dan komposer lagu yang istiqamah pada karya religi Islami sesudah sebelumnya sempat bertarung keberuntungan di jalur musik mainstream rock, tetapi menuai kegagalan. Ternyata, keberuntungan dan keberkahan justru didapatnya di jalur religi.
Buah hijrahnya dari musik cadas yang kontradiktif ke melodi religi tak perlu dinantikan panjang dan berliku. Debut album religi pertamanya, Istighfar, yang digubah pada 2005-an menuai hasil maksimal. Album perdana Opick berhasil meraih dobel platinum dan penjualannya menembus angka satu juta keping. Kesuksesan karier Opick dalam bermusik tak berhenti hingga di situ. Tahun berikutnya, 2006, peluncuran album keduanya, Semesta Bertasbih, pun tak kalah sukses. Bahkan kesuksesan ini disertai dengan peluncuran bukunya yang berjudul Opick, Oase Spiritual dalam Senandung. Bila berbicara soal syair, isi lagu-lagunya yaitu refleksi dari pengalaman hidupnya semenjak masa kanak-kanak. Pengalaman hidup menjadi insiprasi dalam tiap napas lantunan syair yang diciptakannya. Tak heran, buku perdananya yang diterbitkan pada 2005 itu, merupakan bedahan syair-syairnya yang sedemikian rupa dan dikait-kaitkan dengan tiap kisah dalam hidupnya.
Berlanjut album berikutnya, Ya Rahman (2007), Cahaya Hati (2008), Di Bawah Langit-Mu (2009), dan pada tamat Juli 2010 bersama produser Nadahijrah-Forte Records, Opick meluncurkan album bertajuk Shollu Ala Muhammad. Kehadirannya yang konsisten setiap tahun dengan karya album baru, menyebabkan ayah tiga anak ini sebagai ikon penyanyi religi Islami yang dipertimbangkan dalam dunia musik Tanah Air. Tak hanya solo, Opick juga sukses membawakan bermacam-macam hits dengan sejumlah mitra duet yang lain, menyerupai Melly Goeslaw untuk lagu Takdir yang terdapat dalam album Semesta Bertasbih, Wafiq Azizah, seorang juara Qariah internasional dalam lagu Ya Rasul, dan Rachel Amanda, pemain sinetron anak yang sekarang telah remaja. Dalam hal bermusik, Opick bukan tanpa tim kreatif walaupun tidak secara khusus dimilikinya. Namun paling tidak, Opick telah melaksanakan terobosan gres dalam kariernya, yaitu menggelar kontes menyanyi lagu-lagu religi yang digelar untuk semua kontestan dari seluruh kawasan di Indonesia. Alhasil, pada 2010, beberapa bulan lalu, 18 finalis terjaring dan akan terpilih tiga orang sebagai pemenangnya. Menurutnya, mereka bisa featuring di lagu-lagunya untuk menciptakan wajah gres di kancah musik religi Indonesia.
Kesuksesannya pun tak hanya di bidang bermusik. Opick juga sukses membintangi beberapa iklan di televisi. “Alhamdulillah, saya sering diminta untuk membintangi beberapa iklan di televisi maupun radio. Kita patut bersyukur ya, berkah dari menyanyikan lagu-lagu religi yang bisa diterima semua kalangan dan mungkin nama saya sudah dikenal bisa juga menjadi bintang iklan,” ungkapnya. Untuk mencapai kesuksesan, berdasarkan Opick kita tak perlu muluk-muluk. “Do, go, and flow saja,” katanya. Selama kita yakin akan apa yang kita kerjakan itu baik untuk banyak orang, konsisten, dan banyak berdoa dalam menjalaninya, pasti tidak sulit mendapatkan hasil dari apa yang diikhtiarkan. Satu hal lagi menurutnya, sabar yaitu kunci yang dihentikan diabaikan.
Satu kali terlampui dalam bernyanyi, dua tiga sanggup kesempatan main di dunia film. Yap. Itulah sang “tombo ati”. Opick telah hadir dalam kancah perfilman layar lebar. Tapi adakah motivasi lain bagi Opick bermain film? Jawabnya, iya banget. Konon, ada kegelisahan dalam dirinya. Antusiasme dalam batinnya yaitu dorongan besar mengamini anjuran dalam bermain film. Sang penyanyi ini sudah cukup usang menaruh obsesi untuk menciptakan karya film. Tidak hanya berperan sebagai pemain, dalam filmnya yang berjudul Di Bawah Langit, Opick juga ikut andil dalam mendanai proses pembuatan layar lebar tersebut. Hal ini bisa dibilang tindakan berani alasannya tidak semua penyanyi yang mau ambil risiko dalam bidang ini. Dalam film perdananya ini. Opick terlibat pribadi dalam mengerjakan hampir keseluruhan proses mulai dari menjadi produser, sutradara, penata musik, penulis skenario, hingga pemain sekaligus. Makanya, idealisme Opick amat tegas dalam film ini. Salah satunya, ia ingin menampilkan film yang berbeda, yaitu sebuah film yang bisa menjadi alternatif tontonan bagi masyarakat dan bukan sekadar film-film yang nyaris sejenis. Film yang digarap Opick berisi kisah perihal orang-orang pesisir yang termarjinalkan. Intinya, kisah perihal orang-orang yang kalah, tetapi tetap taat beribadah. Biografiku.com
Karya-karya dari Opick
Kali pertama Opick memahami arti kemandirian, bermula semenjak di kursi SD dikala ia harus tinggal di tempat kos biar bisa erat dengan sekolahnya. Di sinilah bersama-sama jiwa kepemimpinannya tertanam lantaran segala tindakan dan sikapnya harus diambil sendiri tanpa mengandalkan ibu-bapaknya yang berada jauh dari tempat kosnya. Sikap ini berlanjut hingga di masa remaja. Perasaan minder dengan keadaan yang dijalaninya acapkali ditutupi dengan perilaku-perilaku yang berani dan memperlihatkan sikap-sikap yang menggoda sahabat sebayanya. Opick berani mengambil sikap melawan arus untuk mempertahankan prinsip dan harapan yang dipegangnya. Meskipun begitu, ia sanggup diterima oleh mitra sebayanya, bahkan dalam beberapa kesempatan, selalu dijadikan pemimpin oleh teman-temannya.
Sejak SMP, Opick sudah mempunyai talenta bernyanyi dan bisa memainkan beberapa alat musik, bahkan mendirikan sebuah band. Perjalanan bermusik Opick dijalani dengan panjang. Namun, tekad dan kerja kerasnya terus tertanam untuk bisa mencapai kesuksesan. Ketika memasuki usia dewasa, Opick tetap memegang teguh prinsip hidupnya. Berbeda dengan dikala ia kecil, pada masa ini Opick lebih berpikir bagaimana mewujudkan cita-citanya, khususnya dalam berkarier di dunia kesenian (musik dan teater). Setelah tamat SMA, ia memutuskan untuk bisa berdomisili di Jakarta dalam mewujudkan cita-citanya.
Dengan modal rekaman lagu dengan alat yang serba terbatas, ia mengatakan lagu-lagunya. Namun, semuanya sia-sia. Tidak ada label yang menerimanya. Pada 1993, awalnya Opick berdomisili di Jakarta, tepatnya di Gang Sawo, Rawamangun. Selain aktif dalam kegiatan warga dan keagamaan serta ramah berbaur dengan lingkungan sekitarnya, Opick ikut kegiatan Komunitas Sawo atau dikenal dengan komunitas teater Bela Studio. Waktu itu, opick sangat bercita-cita bisa bergabung dan aktif di Bengkel Teater yang dipimpin Rendra. Kehidupan Opick di Jakarta di masa-masa itu jauh dari kemapanan. Modal di Jakarta yaitu sedikit talenta dalam kesenian khususnya dalam hal musik dan ilmu agama secukupnya. Namun begitu, di lingkungannya ia dikenal sebagai seorang santri. Hal itulah yang menciptakan greget dalam dirinya. Dia meratapi betapa ia tidak mendalami agama semenjak dari dahulu. Dengan itikad itulah, ia terdorong untuk lebih mendalami agama di Jakarta. Besar di lingkungan santri sedari kecil menjadi modal besar lengan berkuasa baginya dalam berinteraksi dengan ilmu agamanya.
Hidup sendiri di Jakarta, banyak pengalaman yang opick peroleh, khususnya mengenai hakikat hidup. Sebelum sukses, opick mempunyai keyakinan apa yang dibuatnya baik akan menuai kebaikan. Dia teguhkan terus keyakinan ini dalam setiap doanya. Hingga ia kesudahannya meyakini bahwa musik sebagai jalan hidupnya. Pengalaman menarik yang dimiliki Opick ialah kebiasaannya bernyanyi di pinggir jalan, di halte bus depan Arion, Rawamangun, Jakarta setiap habis subuh hingga pukul 7 pagi. Kebiasaan gila ini dijalaninya selama 3 tahun. Alasannya, untuk melatih vokal, mencari ide dari kemudian lalangnya kendaraan dan para pengamen, serta meyakinkan diri untuk tetap mempertahankan cita-citanya, yaitu sukses di dunia musik.
pada tahun 90-an, Opick memulai karier bermusiknya dengan membentuk sebuah grup musik berjulukan Timor Band yang beraliran cadas, yang personilnya tak lain dan tak bukan sahabatnya di Jember. Sayang, album Nyanyian Perjalanan yang dirilisnya menuai protes dari banyak pihak lantaran liriknya menyinggung banyak orang. Kritikan dan masukan pun tiba dari banyak sekali pihak. Karena tak mau menamatkan karier musiknya, Opick harus berpikir panjang untuk mengubah anutan dan penampilannya dalam bermusik. Dengan banyak sekali pertimbangan, kesudahannya sang rocker mulai hijrah. Sorban dan baju koko jadi pilihan dalam tiap kegiatan penampilannya. Opick bisa dibilang satu dari sedikit penyanyi dan komposer lagu yang istiqamah pada karya religi Islami sesudah sebelumnya sempat bertarung keberuntungan di jalur musik mainstream rock, tetapi menuai kegagalan. Ternyata, keberuntungan dan keberkahan justru didapatnya di jalur religi.
Buah hijrahnya dari musik cadas yang kontradiktif ke melodi religi tak perlu dinantikan panjang dan berliku. Debut album religi pertamanya, Istighfar, yang digubah pada 2005-an menuai hasil maksimal. Album perdana Opick berhasil meraih dobel platinum dan penjualannya menembus angka satu juta keping. Kesuksesan karier Opick dalam bermusik tak berhenti hingga di situ. Tahun berikutnya, 2006, peluncuran album keduanya, Semesta Bertasbih, pun tak kalah sukses. Bahkan kesuksesan ini disertai dengan peluncuran bukunya yang berjudul Opick, Oase Spiritual dalam Senandung. Bila berbicara soal syair, isi lagu-lagunya yaitu refleksi dari pengalaman hidupnya semenjak masa kanak-kanak. Pengalaman hidup menjadi insiprasi dalam tiap napas lantunan syair yang diciptakannya. Tak heran, buku perdananya yang diterbitkan pada 2005 itu, merupakan bedahan syair-syairnya yang sedemikian rupa dan dikait-kaitkan dengan tiap kisah dalam hidupnya.
Berlanjut album berikutnya, Ya Rahman (2007), Cahaya Hati (2008), Di Bawah Langit-Mu (2009), dan pada tamat Juli 2010 bersama produser Nadahijrah-Forte Records, Opick meluncurkan album bertajuk Shollu Ala Muhammad. Kehadirannya yang konsisten setiap tahun dengan karya album baru, menyebabkan ayah tiga anak ini sebagai ikon penyanyi religi Islami yang dipertimbangkan dalam dunia musik Tanah Air. Tak hanya solo, Opick juga sukses membawakan bermacam-macam hits dengan sejumlah mitra duet yang lain, menyerupai Melly Goeslaw untuk lagu Takdir yang terdapat dalam album Semesta Bertasbih, Wafiq Azizah, seorang juara Qariah internasional dalam lagu Ya Rasul, dan Rachel Amanda, pemain sinetron anak yang sekarang telah remaja. Dalam hal bermusik, Opick bukan tanpa tim kreatif walaupun tidak secara khusus dimilikinya. Namun paling tidak, Opick telah melaksanakan terobosan gres dalam kariernya, yaitu menggelar kontes menyanyi lagu-lagu religi yang digelar untuk semua kontestan dari seluruh kawasan di Indonesia. Alhasil, pada 2010, beberapa bulan lalu, 18 finalis terjaring dan akan terpilih tiga orang sebagai pemenangnya. Menurutnya, mereka bisa featuring di lagu-lagunya untuk menciptakan wajah gres di kancah musik religi Indonesia.
Kesuksesannya pun tak hanya di bidang bermusik. Opick juga sukses membintangi beberapa iklan di televisi. “Alhamdulillah, saya sering diminta untuk membintangi beberapa iklan di televisi maupun radio. Kita patut bersyukur ya, berkah dari menyanyikan lagu-lagu religi yang bisa diterima semua kalangan dan mungkin nama saya sudah dikenal bisa juga menjadi bintang iklan,” ungkapnya. Untuk mencapai kesuksesan, berdasarkan Opick kita tak perlu muluk-muluk. “Do, go, and flow saja,” katanya. Selama kita yakin akan apa yang kita kerjakan itu baik untuk banyak orang, konsisten, dan banyak berdoa dalam menjalaninya, pasti tidak sulit mendapatkan hasil dari apa yang diikhtiarkan. Satu hal lagi menurutnya, sabar yaitu kunci yang dihentikan diabaikan.
Satu kali terlampui dalam bernyanyi, dua tiga sanggup kesempatan main di dunia film. Yap. Itulah sang “tombo ati”. Opick telah hadir dalam kancah perfilman layar lebar. Tapi adakah motivasi lain bagi Opick bermain film? Jawabnya, iya banget. Konon, ada kegelisahan dalam dirinya. Antusiasme dalam batinnya yaitu dorongan besar mengamini anjuran dalam bermain film. Sang penyanyi ini sudah cukup usang menaruh obsesi untuk menciptakan karya film. Tidak hanya berperan sebagai pemain, dalam filmnya yang berjudul Di Bawah Langit, Opick juga ikut andil dalam mendanai proses pembuatan layar lebar tersebut. Hal ini bisa dibilang tindakan berani alasannya tidak semua penyanyi yang mau ambil risiko dalam bidang ini. Dalam film perdananya ini. Opick terlibat pribadi dalam mengerjakan hampir keseluruhan proses mulai dari menjadi produser, sutradara, penata musik, penulis skenario, hingga pemain sekaligus. Makanya, idealisme Opick amat tegas dalam film ini. Salah satunya, ia ingin menampilkan film yang berbeda, yaitu sebuah film yang bisa menjadi alternatif tontonan bagi masyarakat dan bukan sekadar film-film yang nyaris sejenis. Film yang digarap Opick berisi kisah perihal orang-orang pesisir yang termarjinalkan. Intinya, kisah perihal orang-orang yang kalah, tetapi tetap taat beribadah. Biografiku.com
Karya-karya dari Opick
- Pasar Malam Di Kepalamu (1999)
- Tak Ada Habisnya (2003)
- Istighfar (2005)
- Semesta Bertasbih (2006)
- Ya Rahman (2007)
- Cahaya Hati (2008)
- Di Bawah Langit Mu (2009)
- Shollu Ala Muhammad (2010)
- The Best of Opick (2011)
- Salam Ya Rosulullah (2012)
- Kun Fayakuun (2008)
- Di Bawah Langit (2010)
0 Response to "Biografi Opick - Penyanyi Religi Indonesia"
Post a Comment