Biografi Dan Profil Aksa Mahmud - Dari Penjual Es Sampai Menjadi Pendiri Bosowa Grup
Biografiku.com - Aksa Mahmud dikenal sebagai seorang pengusaha terkaya asal Sulawesi Selatan. Ia merupakan pendiri dari perusahaan Bosowa Grup, perusahaan yang mempunyai puluhan anak perusahaan yang bergerak di aneka macam sektor perjuangan ibarat semen sampai dealer mobil.
Total kekayaannya tersebut didapat dari hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun membangun Bosowa sebagai sebagai salah satu perusahaan terbesar di Sulawesi Selatan dan di Indonesia. Namun siapa sangka sebelum sukses ibarat sekarang, Aksa Mahmud memulai usahanya dari berjualan es balok keliling dan kurma.
Sejak kecil, Aksa Mahmud biasa mengikuti orang tuanya menjual hasil bumi ke kota. Disinilah kemudian Aksa Mahmud mulai mengenal dunia bisnis. Aksa Mahmud memulai pendidikannya di Sekolah Rakyat Mangkoso.
Saat masih di Sekolah Dasar atau dulu dikenal dengan nama Sekolah Rakyat, Aksa Mahmud berjualan es balok yang ia cacah menjadi bagian-bagian kecil dikala bulan berkat tiba. Sambil berjualan es balok, ia juga berjualan Kurma dan permen di samping sekolahnya.
Keuntungan yang ia peroleh pun tidak mengecewakan dan disinilah naluri bisnis dari seorang Aksa Mahmud mulai terasah. Seperti yang kutip dari Dream.co.id, Aksa Mahmud melanjutkan pendidikan menengah atasnya dengan masuk di Sekolah Teknik Negeri Pare-Pare di tahun 1962.
Namun tak usang sesudah itu, Aksa Mahmud kemudian pindah ke Makassar dan melanjutkan sekolahnya di STM Makassar. Di sekolahnya ini juga, Aksa ikut bergabung dalam organisasi Pelajar Islam Indonesia.
Di Makassar pun bisnisnya tetap ia jalankan, kalau ekspresi dominan panen kacang tanah tiba, ia biasa mengangkut hasil panen dari kampungnya dan menjualnya di Makassar dengan modal kepercayaan. Aksa Mahmud simpulan dari STM pada tahun 1965.
Gejolak politik jago pada tahun 1965 sampai 1966, menciptakan Aksa Mahmud bergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan aktif dalam gerakan penumpasan paham komunis yang ketika itu dilakukan oleh Pemerintah Indonesia.
Tak hanya di organisasi di luar kampus, Aksa Mahmud juga bergabung dalam organisasi pers kampus dengan mendirikan radio amatir serta menjadi penerbit koran mahasiswa. Aksa juga menjadi anggota aktif Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI). Disinilah ia kemudian bertemu dengan seniornya yakni Jusuf Kalla yang kemudian kelak menjadi abang ipar dari Aksa Mahmud.
Pers Mahasiswa mempunyai fungsi dalam mengatakan info yang kasatmata baik itu di kampus maupun juga diluar lingkungan kampus secara bijak dan kritis. Hal inilah yang pernah dilakukan oleh Aksa Mahmud dikala menurunkan tulisannya yang mengkritisi Operasi Militer Samsudari yang dilaksanakan oleh Kodam Hasanuddin Makassar yang kala itu dipimpin oleh Panglima Saidiman.
Aksa Mahmud menilai operasi militer yang dijalankan oleh Kodam Hasanuddin melanggar HAM kala itu dan penuh dengan kekerasan berdasarkan fakta yang ia peroleh dilapangan. Tulisan tersebut juga diakui oleh Panglima Saidiman kala itu. Namun jawaban dari goresan pena tersebut, Aksa Mahmud ditahan selama 10 hari di ruang tahanan Kodam tanpa pemeriksaan.
Setelah bebas, Aksa Mahmud sudah tidak berangasan lagi dalam menekuni profesi jurnalistik. Oleh Jusuf Kalla yang sama-sama aktifis angkatan 66, Aksa Mahmud diajak bekerja di Dolog menyalurkan bahan-bahan pokok ke masyarakat.
Disinilah Aksa Mahmud bertemu dengan jodohnya yakni Siti Ramlah yang merupakan anak dari Hadji Kalla. Aksa yang kerap ditugaskan ke Jakarta biasa singgah ke pesantren Wonokromo di Jawa Timur tempat Siti Ramlah mencar ilmu guna mengantarkan titipan dari ibu Jusuf Kalla yakni Hj Athirah. Disinilah keduanya saling mengenal sampai kemudian menikah.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1980, PT Krama Yudha Tiga Berlian sebagai distributor Mitsubishi Indonesia memperlihatkan Aksa Mahmud untuk menjadi biro distribusi untuk wilayah Indonesia Timur. Disnilah kemudian Aksa mengubah nama perusahaannya menjadi PT Bosowa Berlian Motor.
Bisnis industri otomotif yang berkembang pesat pada dikala itu menciptakan perusahaan Bosowa milik Aksa Mahmud berkembang dengan cepat. Di tahun 1995, Aksa Mahmud melebarkan usahanya di bidang Industri Semen dengan mendirikan PT Semen Bosowa yang beroperasi di Maros.
Kemudian di tahun 2000, Aksa Mahmud mendirikan anak perusahaan berjulukan PT Gowa Kencana Motor yang menjadi biro penyalur kendaraan beroda empat brand Mercedes Benz wilayah Indonesia Timur. PT Bosowa juga banyak menggarap proyek-proyek infrastruktur dari pemerintah contohnya pembangunan jalan tol di Makassar dan Jabodetabek.
Di tahun 2007, Nama Aksa Mahmud mulai masuk dalam jajaran 40 orang terkaya di Indonesia berdasarkan majalah Forbes. Total kekayaannya ketika itu sebesar 340 juta dollar atau kalau di rupiahkan sekitar 4.6 triliun berdasarkan kurs mata uang dikala ini. Kekayaannya tersebut, menciptakan Aksa Mahmud menjadi orang terkaya di Sulawesi Selatan.
Dari tahun ke tahun pundi-pundi kekayaan Aksa Mahmud terus menerus bertambah berkat pertumbuhan pesat PT Bosowa miliknya. Dari awal tahun 2000an Bosowa Grup terus menerus melaksanakan perluasan perjuangan di aneka macam bidang dari otomotif, semen, infrastruktur, energi, jasa keuangan, dan lain-lain.
Aksa Mahmud juga ikut berkecimpung di dunia politik Indonesia. Melalui kendaraan politiknya yakni partai Golkar, Di tahun 2004 Aksa Mahmud menjabat sebagai wakil ketua MPR sampai tahun 2009 sesudah sebelumnya menjadi anggota MPR utusan kawasan dari tahun 1999 sampai 2004. Ia juga termasuk dalam anggota KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) dari tahun 1999.
Hingga tahun 2018, Total kekayaan Aksa Mahmud diperkirakan mencapai 1 milyar dollar atau sekitar 13 triliun rupiah berdasarkan majalah forbes. Ia menempati posisi ke 32 urutan orang terkaya di Indonesia dan orang terkaya di Sulawesi Selatan.
Daftar Isi
Biografi dan Profil Aksa Mahmud
Menurut majalah Forbes tahun 2018, Total kekayaan Aksa Mahmud mencapai 1 milyar dollar AS atau sekitar 13 triliun rupiah. Aksa Mahmud menempati posisi ke 32 dalam daftar orang terkaya di Indonesia.Total kekayaannya tersebut didapat dari hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun membangun Bosowa sebagai sebagai salah satu perusahaan terbesar di Sulawesi Selatan dan di Indonesia. Namun siapa sangka sebelum sukses ibarat sekarang, Aksa Mahmud memulai usahanya dari berjualan es balok keliling dan kurma.
Mulai Bisnis Sejak Masa Kecil
Aksa Mahmud terlahir dengan nama lengkap Muhammad Aksa Mahmud. Beliau lahir pada tanggal 16 juli 1945 di sebuah desa berjulukan Lapassu yang berada di kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Ayah Aksa Mahmud berjulukan H. Muhammad Mahmud dan ibunya berjulukan H. Kambira. Keduanya berprofesi sebagai petani biasa.Sejak kecil, Aksa Mahmud biasa mengikuti orang tuanya menjual hasil bumi ke kota. Disinilah kemudian Aksa Mahmud mulai mengenal dunia bisnis. Aksa Mahmud memulai pendidikannya di Sekolah Rakyat Mangkoso.
Saat masih di Sekolah Dasar atau dulu dikenal dengan nama Sekolah Rakyat, Aksa Mahmud berjualan es balok yang ia cacah menjadi bagian-bagian kecil dikala bulan berkat tiba. Sambil berjualan es balok, ia juga berjualan Kurma dan permen di samping sekolahnya.
Keuntungan yang ia peroleh pun tidak mengecewakan dan disinilah naluri bisnis dari seorang Aksa Mahmud mulai terasah. Seperti yang kutip dari Dream.co.id, Aksa Mahmud melanjutkan pendidikan menengah atasnya dengan masuk di Sekolah Teknik Negeri Pare-Pare di tahun 1962.
Namun tak usang sesudah itu, Aksa Mahmud kemudian pindah ke Makassar dan melanjutkan sekolahnya di STM Makassar. Di sekolahnya ini juga, Aksa ikut bergabung dalam organisasi Pelajar Islam Indonesia.
Di Makassar pun bisnisnya tetap ia jalankan, kalau ekspresi dominan panen kacang tanah tiba, ia biasa mengangkut hasil panen dari kampungnya dan menjualnya di Makassar dengan modal kepercayaan. Aksa Mahmud simpulan dari STM pada tahun 1965.
Menjadi Aktifis Mahasiswa
Setelah itu, Aksa Mahmud kemudian melanjutkan pendidikannya di Fakultas Teknik Elektro, Universitas Hasanuddin. Di dingklik kuliah, Aksa Mahmud aktif berorganisasi dan bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Makassar.Gejolak politik jago pada tahun 1965 sampai 1966, menciptakan Aksa Mahmud bergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan aktif dalam gerakan penumpasan paham komunis yang ketika itu dilakukan oleh Pemerintah Indonesia.
Tak hanya di organisasi di luar kampus, Aksa Mahmud juga bergabung dalam organisasi pers kampus dengan mendirikan radio amatir serta menjadi penerbit koran mahasiswa. Aksa juga menjadi anggota aktif Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI). Disinilah ia kemudian bertemu dengan seniornya yakni Jusuf Kalla yang kemudian kelak menjadi abang ipar dari Aksa Mahmud.
Pers Mahasiswa mempunyai fungsi dalam mengatakan info yang kasatmata baik itu di kampus maupun juga diluar lingkungan kampus secara bijak dan kritis. Hal inilah yang pernah dilakukan oleh Aksa Mahmud dikala menurunkan tulisannya yang mengkritisi Operasi Militer Samsudari yang dilaksanakan oleh Kodam Hasanuddin Makassar yang kala itu dipimpin oleh Panglima Saidiman.
Aksa Mahmud menilai operasi militer yang dijalankan oleh Kodam Hasanuddin melanggar HAM kala itu dan penuh dengan kekerasan berdasarkan fakta yang ia peroleh dilapangan. Tulisan tersebut juga diakui oleh Panglima Saidiman kala itu. Namun jawaban dari goresan pena tersebut, Aksa Mahmud ditahan selama 10 hari di ruang tahanan Kodam tanpa pemeriksaan.
Setelah bebas, Aksa Mahmud sudah tidak berangasan lagi dalam menekuni profesi jurnalistik. Oleh Jusuf Kalla yang sama-sama aktifis angkatan 66, Aksa Mahmud diajak bekerja di Dolog menyalurkan bahan-bahan pokok ke masyarakat.
....Karena kamu akan menduduki jabatan itu melalui pressure group yang nantinya mengganti orang-orang Orde Lama dengan Orde Baru, maka suatu ketika juga kamu akan diturunkan secara paksa - Hadji KallaNasehat dari ayah Yusuf Kalla yakni Hadji Kalla tersebut menciptakan Aksa Mahmud kemudian menentukan berhenti dan mulai bekerja di perusahaan yang didirikan oleh Hadji Kalla yakni NV Hadji Kalla.
Disinilah Aksa Mahmud bertemu dengan jodohnya yakni Siti Ramlah yang merupakan anak dari Hadji Kalla. Aksa yang kerap ditugaskan ke Jakarta biasa singgah ke pesantren Wonokromo di Jawa Timur tempat Siti Ramlah mencar ilmu guna mengantarkan titipan dari ibu Jusuf Kalla yakni Hj Athirah. Disinilah keduanya saling mengenal sampai kemudian menikah.
Tak Ada Dua Nahkoda Dalam Satu Kapal
Setelah menikah dengan Siti Ramlah, Aksa Mahmud tetap bekerja di NV Hadji Kalla milik mertuanya. Namun tak usang kemudian, Aksa Mahmud mulai berfikir untuk membangun perjuangan sendiri, alasannya yakni menurutnya dalam falsafah Bugis, hanya ada satu nahkoda dalam satu kapal, hanya ada satu pimpinan dalam satu perusahaan.NV Hadji Kalla sudah menyiapkan Yusuf Kalla sebagai pemimpinnya NV Kalla kelak dan Aksa Mahmud tentu menjadi wakilnya. Namun, hanya tiga tahun Aksa Mahmud bekerja di NV Kalla.Dari CV Moneter dan Hingga Grup Bosowa
Setelahnya pada tahun 1973, Aksa Mahmud mendirikan perusahaan sendiri berjulukan CV Moneter yang menjadi biro penyalur kendaraan beroda empat Datsun di Indonesia timur. Berbekal modal sebesar 5 juta hasil dari dukungan di Bank BNI, Aksa membuka show room kendaraan beroda empat Datsun di Makassar. Usahanya berkembang sedikit demi sedikit.Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1980, PT Krama Yudha Tiga Berlian sebagai distributor Mitsubishi Indonesia memperlihatkan Aksa Mahmud untuk menjadi biro distribusi untuk wilayah Indonesia Timur. Disnilah kemudian Aksa mengubah nama perusahaannya menjadi PT Bosowa Berlian Motor.
Bisnis industri otomotif yang berkembang pesat pada dikala itu menciptakan perusahaan Bosowa milik Aksa Mahmud berkembang dengan cepat. Di tahun 1995, Aksa Mahmud melebarkan usahanya di bidang Industri Semen dengan mendirikan PT Semen Bosowa yang beroperasi di Maros.
Kemudian di tahun 2000, Aksa Mahmud mendirikan anak perusahaan berjulukan PT Gowa Kencana Motor yang menjadi biro penyalur kendaraan beroda empat brand Mercedes Benz wilayah Indonesia Timur. PT Bosowa juga banyak menggarap proyek-proyek infrastruktur dari pemerintah contohnya pembangunan jalan tol di Makassar dan Jabodetabek.
Di tahun 2007, Nama Aksa Mahmud mulai masuk dalam jajaran 40 orang terkaya di Indonesia berdasarkan majalah Forbes. Total kekayaannya ketika itu sebesar 340 juta dollar atau kalau di rupiahkan sekitar 4.6 triliun berdasarkan kurs mata uang dikala ini. Kekayaannya tersebut, menciptakan Aksa Mahmud menjadi orang terkaya di Sulawesi Selatan.
Dari tahun ke tahun pundi-pundi kekayaan Aksa Mahmud terus menerus bertambah berkat pertumbuhan pesat PT Bosowa miliknya. Dari awal tahun 2000an Bosowa Grup terus menerus melaksanakan perluasan perjuangan di aneka macam bidang dari otomotif, semen, infrastruktur, energi, jasa keuangan, dan lain-lain.
Aksa Mahmud juga ikut berkecimpung di dunia politik Indonesia. Melalui kendaraan politiknya yakni partai Golkar, Di tahun 2004 Aksa Mahmud menjabat sebagai wakil ketua MPR sampai tahun 2009 sesudah sebelumnya menjadi anggota MPR utusan kawasan dari tahun 1999 sampai 2004. Ia juga termasuk dalam anggota KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) dari tahun 1999.
Keluarga Aksa Mahmud
Dari pernikahannya dengan Siti Ramlah, Aksa Mahmud dikaruniai lima orang anak berjulukan Sadikin Aksa, Erwin Aksa, Atira Aksa, Melinda Aksa dan Subhan Aksa. Hingga dikala ini Bosowa Grup sudah mempunyai puluhan anak perjuangan yang menggurita di aneka macam bidang usaha. Sehingga tak heran menimbulkan kekayaan Aksa Mahmud bertambah.Hingga tahun 2018, Total kekayaan Aksa Mahmud diperkirakan mencapai 1 milyar dollar atau sekitar 13 triliun rupiah berdasarkan majalah forbes. Ia menempati posisi ke 32 urutan orang terkaya di Indonesia dan orang terkaya di Sulawesi Selatan.
0 Response to "Biografi Dan Profil Aksa Mahmud - Dari Penjual Es Sampai Menjadi Pendiri Bosowa Grup"
Post a Comment