Biografi Fatmawati Soekarno
Biografiku.com - Siapa yang tidak mengenal Fatmawati Soekarno, dia merupakan Ibu Negara Pertama dari Presiden Pertama Indonesia yaitu Presiden Soekarno dan juga dikenal sebagai penjahit bendera pusaka yang dikibarkan pada ketika proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Ayahandanya, Hassan Din semula ialah pegawai perusahaan Belanda, Bersomij di Bengkulu. Tetapi lantaran tidak mau meninggalkan kegiatannya sebagai anggota Muhammadiyah, ia kemudian keluar dari perusahaan itu. Setelah itu, Hassan Din sering berganti usaha dan berpindah ke sejumlah kota di daerah Sumatera Bagian Selatan.
Tidak banyak diketahui orang bahwa bahu-membahu Fatmawati merupakan keturunan dari Kerajaan Indrapura Mukomuko. Sang ayah Hassan Din ialah keturunan ke-6 dari Kerajaan Putri Bunga Melur.
Putri Bunga Melur jikalau diartikan ialah putri yang cantik, sederhana, bijaksana. Tak heran jikalau Fatmawati mempunyai sifat bijaksana dan mengayomi. Jalinan cinta antara Bung Karno dan Fatmawti pada awalnya membutuhkan usaha yang sangat berat.
Demi memperoleh Fatmawati yang begitu dicintainya Bung Karno dengan perasaan yang sangat berat terpaksa harus merelakan kepergian Bu Inggit, sosok perempuan yang begitu tegar dan tulusnya mendampingi Bung Karno dalam usaha mencapai Indonesia Merdeka.
Pahit getir sebagai orang buangan (tahanan Belanda) sering dilalui Bung Karno bersama Bu Inggit. Namun sejarah berkata lain. Perjalanan waktu berkehendak lain, kehadiran Fatmawati diantara Bung Karno dan Bu Inggit telah merubah segalanya.
Pada 1 Juni 1943, Fatmawati dengan diantar orang tuanya berangkat ke Jakarta, melalaui jalan darat, semenjak itu Fatmawati mendampingi Bung Karno dalam usaha mencapai kemerdekaan Indonesia. Perjalanan sepasang merpati penuh cinta ini, hasilnya dikaruniai lima orang putra-putri: Guntur, Mega, Rachma, Sukma, dan Guruh.
Belum genap mereka mengarungi perahu rumah tangga, Sukarno tak kuasa menahan gejolak cintanya kepada perempuan lain berjulukan Hartini. Inilah salah satu pangkal alasannya ialah terjadinya perpisahan yang dramatis antara Sukarno dan Fatmawati.
Hari Jumat di bulan Ramadhan, pukul 05.00 pagi, fajar 17 Agustus 1945 memancar di ufuk timur kala, embun pagi masih menggelantung di tepian daun, para pemimpin bangsa dan para tokoh cowok keluar dari rumah Laksamana Maeda, dengan diliputi pujian setelah merumuskan teks Proklamasi hingga dinihari.
Mereka, telah setuju untuk memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia hari itu di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, pada pukul 10.00 pagi. Tepat pukul 10.00, dengan bunyi mantap dan jelas, Soekarno membacakan teks proklamasi, pekik Merdeka pun berkumandang dimana-mana dan hasilnya bisa mengabarkan Kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia.
Kalau ada yang bertanya, apa tugas perempuan menjelang detik-detik proklamasi kemerdekaan? Tentu kita akan teringat dengan sosok Fatmawati, istri Bung Karno. Dialah yang menjahit bendera Sang Saka Merah Putih. Setelah itu, ada seorang pemudi Trimurti yang membawa nampan dan menyerahkan bendera pusaka kepada Latief Hendraningrat dan Soehoed untuk dikibarkan.
Dan, semua hadirin mengumandangkan lagu Indonesia Raya di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Pada hari itu, Ibu Fatmawati ikut dalam upacara tersebut dan menjadi pelaku sejarah Kemerdekaan Indonesia.
Salah satu butir keputusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dalam sidangnya tanggal 19 Agustus 1945 ialah menentukan Bung Karno dan Moh. Hatta sebagai Presiden dan Wapres Pertama Republik Indonesia. Pada tanggal 4 Januari 1946 sentra pemerintahan Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta lantaran keadaan Jakarta dirasakan makin tidak aman, menyusul hadirnya tentara NICA yang membonceng kedatangan tentara sekutu.
Ibu Fatmawai dan Bung Karno tidak pernah merayakan ulang tahun perkawinan, Jangankan kawin perak atau kawin emas, ulang tahun janji nikah ke-1, ke-2 atau ke-3 saja tidak pernah. Sebabnya tak lain lantaran keduanya tidak pernah ingat kapan menikah. Ini bisa dimaklumi lantaran ketika berlangsungnya pernikahan, zaman sedang dibalut perang. Saat itu Perang Dunia II sedang berkecamuk dan Jepang gres tiba untuk menjajah Indonesia.
"Kami tidak pernah merayakan janji nikah perak atau janji nikah emas. Sebab kami anggap itu soal remeh, sedangkan kami selalu dihadapkan pada persoalan-persoalan besar yang andal dan dahsyat," begitu dongeng Ibu Fatmawati di buku Bung Karno Masa Muda, terbitan Pustaka Antar Kota, 1978.
Kehidupan janji nikah Bung Karno dan Fatmawati memang penuh dengan gejolak perjuangan. Dua tahun setelah keduanya menikah, Indonesia mencapai kemerdekaan. Tetapi ini belum selesai, justru ketika itu usaha fisik mencapai puncaknya. Bung Karno pastinya terlibat dalam setiap momen-momen penting usaha bangsa.
Pasangan ini melahirkan putra pertamanya yaitu Guntur Soekarnoputra. Guntur lahir pada ketika Bung Karno sudah berusia 42 tahun. Berikutnya lahir Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. Putra-putri Bung Karno dikenal mempunyai talenta kesenian tinggi. Hal itu tak asing mengingat Bung Karno ialah sosok pengagum karya seni, sementara Ibu Fatmawati sangat pintar menari.
Di kota gudeg itu, Ibu Fatmawati mendapat banyak simpati, lantaran sikapnya yang ramah dan gampang bergaul dengan banyak sekali lapisan masyarakat. Sebagai seorang Ibu Negara, Ibu Fatmawati kerap mendampingi Bung Karno dalam kunjungan ke banyak sekali wilayah Republik Indonesia untuk membangkitkan semangat perlawanan rakyat terhadap Belanda dan mengikuti kunjungan Presiden Soekarno ke banyak sekali Negara sahabat.
Peran serta perempuan dalam pembangunan telah ditunjukkan Ibu Fatmawati, dia sering melaksanakan kegiatan social, ibarat aktif melaksanakan pemberantasan buta huruf, mendorong kegiatan kaum perempuan, baik dalam pendidikan maupun ekonomi. Pada tahun 14 Mei 1980 ia meninggal dunia lantaran serangan jantung ketika dalam perjalanan pulang umroh dari Mekah yang kemudian dimakamkan di Karet Bivak, Jakarta. Kata-kata terakhir dia sebelum meninggal waktu itu :
Pada tanggal 15 April 1961 penyelenggaraan dan pembiayaan rumah sakit diserahkan kepada Departemen Kesehatan sehingga tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari jadi RS Fatmawati. Dalam perjalanan RS Fatmawati, tahun 1984 ditetapkan sebagai Pusat Rujukan Jakarta Selatan dan tahun 1994 ditetapkan sebagai RSU Kelas B Pendidikan.
Di Kota Bengkulu, sebagai kota kelahiran Ibu Fatmawati, Pemda beserta seluruh elemen menunjukkan apresiasi terhadap Ibu Fatmawati. Sebagai bentuk penghargaan dan sekaligus untuk mengenang Ibu Fatmawati, maka pada tanggal 14 Nopember 2001, Bandar Udara Padang Kemiling diubah menjadi Bandar Udara Fatmawati.
Perubahan nama Bandar udara ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri. Perjuangan Ibu Fatmawati selama masa sebelum kemerdekaan dan setelah kemerdekaan diakui oleh Pemerintah Pusat, melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 118/TK/2000 tanggal 4 Nopember 2000 oleh Presiden Abdurrahman Wahid, maka Pemerintah Republik Indonesia menunjukkan gelar Pahlawan Nasional kepada Ibu Fatmawati.
Itulah info singkat mengenai biografi fatmawati soekarno yang merupakan istri dari Presiden Soekarno, biar infomasi ini sanggup bermanfaat bagi pembaca biografiku.com sekalian.

Biografi dan Profil Fatmawati Soekarno
Mengenai profil atau biografi Fatmawati Soekarno. Beliau lahir pada hari Senin, 5 Pebruari 1923 Pukul 12.00 Siang di Kota Bengkulu, sebagai putri tunggal keluarga H. Hassan Din dan Siti Chadidjah. Masa kecil Fatmawati penuh tantangan dan kesulitan, akhir sistem kolonialisme yang dijalankan oleh Pemerintah Hindia Belanda.Ayahandanya, Hassan Din semula ialah pegawai perusahaan Belanda, Bersomij di Bengkulu. Tetapi lantaran tidak mau meninggalkan kegiatannya sebagai anggota Muhammadiyah, ia kemudian keluar dari perusahaan itu. Setelah itu, Hassan Din sering berganti usaha dan berpindah ke sejumlah kota di daerah Sumatera Bagian Selatan.
Tidak banyak diketahui orang bahwa bahu-membahu Fatmawati merupakan keturunan dari Kerajaan Indrapura Mukomuko. Sang ayah Hassan Din ialah keturunan ke-6 dari Kerajaan Putri Bunga Melur.
Putri Bunga Melur jikalau diartikan ialah putri yang cantik, sederhana, bijaksana. Tak heran jikalau Fatmawati mempunyai sifat bijaksana dan mengayomi. Jalinan cinta antara Bung Karno dan Fatmawti pada awalnya membutuhkan usaha yang sangat berat.
Demi memperoleh Fatmawati yang begitu dicintainya Bung Karno dengan perasaan yang sangat berat terpaksa harus merelakan kepergian Bu Inggit, sosok perempuan yang begitu tegar dan tulusnya mendampingi Bung Karno dalam usaha mencapai Indonesia Merdeka.
Pahit getir sebagai orang buangan (tahanan Belanda) sering dilalui Bung Karno bersama Bu Inggit. Namun sejarah berkata lain. Perjalanan waktu berkehendak lain, kehadiran Fatmawati diantara Bung Karno dan Bu Inggit telah merubah segalanya.

Menikah Dengan Soekarno
Pada tahun 1943 Bung Karno menikahi Fatmawati, dan oleh lantaran Fatmawati masih berada di Bengkulu, sementara Bung Karno sibuk dengan kegiatannya di Jakarta sebagai pemimpin Pusat Tenaga Rakyat (Putera), janji nikah itu dilakukan dengan wakil salah seorang kerabat Bung Karno, Opseter Sardjono.Pada 1 Juni 1943, Fatmawati dengan diantar orang tuanya berangkat ke Jakarta, melalaui jalan darat, semenjak itu Fatmawati mendampingi Bung Karno dalam usaha mencapai kemerdekaan Indonesia. Perjalanan sepasang merpati penuh cinta ini, hasilnya dikaruniai lima orang putra-putri: Guntur, Mega, Rachma, Sukma, dan Guruh.
Belum genap mereka mengarungi perahu rumah tangga, Sukarno tak kuasa menahan gejolak cintanya kepada perempuan lain berjulukan Hartini. Inilah salah satu pangkal alasannya ialah terjadinya perpisahan yang dramatis antara Sukarno dan Fatmawati.
Hari Jumat di bulan Ramadhan, pukul 05.00 pagi, fajar 17 Agustus 1945 memancar di ufuk timur kala, embun pagi masih menggelantung di tepian daun, para pemimpin bangsa dan para tokoh cowok keluar dari rumah Laksamana Maeda, dengan diliputi pujian setelah merumuskan teks Proklamasi hingga dinihari.
Mereka, telah setuju untuk memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia hari itu di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, pada pukul 10.00 pagi. Tepat pukul 10.00, dengan bunyi mantap dan jelas, Soekarno membacakan teks proklamasi, pekik Merdeka pun berkumandang dimana-mana dan hasilnya bisa mengabarkan Kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia.
Menjahit Bendera Pusaka Merah Putih
Kalau ada yang bertanya, apa tugas perempuan menjelang detik-detik proklamasi kemerdekaan? Tentu kita akan teringat dengan sosok Fatmawati, istri Bung Karno. Dialah yang menjahit bendera Sang Saka Merah Putih. Setelah itu, ada seorang pemudi Trimurti yang membawa nampan dan menyerahkan bendera pusaka kepada Latief Hendraningrat dan Soehoed untuk dikibarkan.Dan, semua hadirin mengumandangkan lagu Indonesia Raya di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Pada hari itu, Ibu Fatmawati ikut dalam upacara tersebut dan menjadi pelaku sejarah Kemerdekaan Indonesia.
Salah satu butir keputusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dalam sidangnya tanggal 19 Agustus 1945 ialah menentukan Bung Karno dan Moh. Hatta sebagai Presiden dan Wapres Pertama Republik Indonesia. Pada tanggal 4 Januari 1946 sentra pemerintahan Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta lantaran keadaan Jakarta dirasakan makin tidak aman, menyusul hadirnya tentara NICA yang membonceng kedatangan tentara sekutu.
Ibu Fatmawai dan Bung Karno tidak pernah merayakan ulang tahun perkawinan, Jangankan kawin perak atau kawin emas, ulang tahun janji nikah ke-1, ke-2 atau ke-3 saja tidak pernah. Sebabnya tak lain lantaran keduanya tidak pernah ingat kapan menikah. Ini bisa dimaklumi lantaran ketika berlangsungnya pernikahan, zaman sedang dibalut perang. Saat itu Perang Dunia II sedang berkecamuk dan Jepang gres tiba untuk menjajah Indonesia.
"Kami tidak pernah merayakan janji nikah perak atau janji nikah emas. Sebab kami anggap itu soal remeh, sedangkan kami selalu dihadapkan pada persoalan-persoalan besar yang andal dan dahsyat," begitu dongeng Ibu Fatmawati di buku Bung Karno Masa Muda, terbitan Pustaka Antar Kota, 1978.
Kehidupan janji nikah Bung Karno dan Fatmawati memang penuh dengan gejolak perjuangan. Dua tahun setelah keduanya menikah, Indonesia mencapai kemerdekaan. Tetapi ini belum selesai, justru ketika itu usaha fisik mencapai puncaknya. Bung Karno pastinya terlibat dalam setiap momen-momen penting usaha bangsa.
Pasangan ini melahirkan putra pertamanya yaitu Guntur Soekarnoputra. Guntur lahir pada ketika Bung Karno sudah berusia 42 tahun. Berikutnya lahir Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. Putra-putri Bung Karno dikenal mempunyai talenta kesenian tinggi. Hal itu tak asing mengingat Bung Karno ialah sosok pengagum karya seni, sementara Ibu Fatmawati sangat pintar menari.

Fatmawati Soekarno Wafat
Peran serta perempuan dalam pembangunan telah ditunjukkan Ibu Fatmawati, dia sering melaksanakan kegiatan social, ibarat aktif melaksanakan pemberantasan buta huruf, mendorong kegiatan kaum perempuan, baik dalam pendidikan maupun ekonomi. Pada tahun 14 Mei 1980 ia meninggal dunia lantaran serangan jantung ketika dalam perjalanan pulang umroh dari Mekah yang kemudian dimakamkan di Karet Bivak, Jakarta. Kata-kata terakhir dia sebelum meninggal waktu itu :....Datang ke Mekah sudah menjadi pendaman cita-citaku. Saban hari saya melaksanakan zikir dan mengucapkan syahadat serta memohon supaya diberi kekuatan mendekat kepada Allah. Juga memohon supaya diberi oleh Tuhan, keberanian dan melanjutkan usaha fi sabilillah. Aku berdo’a untuk harapan ibarat semula yaitu harapan Indonesia Merdeka. Jangan hingga terbang Indonesia Merdeka.Rumah Sakit Fatmawati pada mulanya berjulukan Rumah Sakit Ibu Soekarno, terletak di Kelurahan Cilandak Barat, Kecamatan Cilandak, Wilayah Jakarta Selatan, Didirikan pada tahun 1954 oleh Ibu Fatmawati Soekarno. Semula direncanakan untuk dijadikan sebuah Sanatorium Penyakit Paru-paru bagi anak-anak.
Pada tanggal 15 April 1961 penyelenggaraan dan pembiayaan rumah sakit diserahkan kepada Departemen Kesehatan sehingga tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari jadi RS Fatmawati. Dalam perjalanan RS Fatmawati, tahun 1984 ditetapkan sebagai Pusat Rujukan Jakarta Selatan dan tahun 1994 ditetapkan sebagai RSU Kelas B Pendidikan.
Di Kota Bengkulu, sebagai kota kelahiran Ibu Fatmawati, Pemda beserta seluruh elemen menunjukkan apresiasi terhadap Ibu Fatmawati. Sebagai bentuk penghargaan dan sekaligus untuk mengenang Ibu Fatmawati, maka pada tanggal 14 Nopember 2001, Bandar Udara Padang Kemiling diubah menjadi Bandar Udara Fatmawati.
Perubahan nama Bandar udara ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri. Perjuangan Ibu Fatmawati selama masa sebelum kemerdekaan dan setelah kemerdekaan diakui oleh Pemerintah Pusat, melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 118/TK/2000 tanggal 4 Nopember 2000 oleh Presiden Abdurrahman Wahid, maka Pemerintah Republik Indonesia menunjukkan gelar Pahlawan Nasional kepada Ibu Fatmawati.
Itulah info singkat mengenai biografi fatmawati soekarno yang merupakan istri dari Presiden Soekarno, biar infomasi ini sanggup bermanfaat bagi pembaca biografiku.com sekalian.
0 Response to "Biografi Fatmawati Soekarno"
Post a Comment