Biografi Dan Profil Sultan Ageng Tirtayasa - Satria Nasional Dari Banten
Biografiku.com - Sultan Ageng Tirtayasa dikenal sebagai raja kesultanan Banten. Beliau dikenal gigih melaksanakan perlawanan terhadap penajajah Belanda. Perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa melawan Belanda di Serang, Banten menciptakan ia diberi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia.
Sultan Ageng Tirtayasa masih mempunyai darah keturunan Sunan Gunung Jati dari Cirebon melalui anaknya Sultan Maulana Hasanuddin. Diketahi bahwa Sunan Gunung Jati merupakan pendiri dari Kesultanan Banten. Sejak kecil sebelum diberi gelar Sultan Ageng Tirtayasa, Abdul Fatah diberi gelar Pangeran Surya.
Beliau diangkat sebagai Sultan Muda dengan gelar Pangeran Dipati ketika ayahnya Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad wafat. Abdul Fatah atau pangeran Dipati merupakan pewaris tahta kesultanan Banten. Namun dikala ayahnya wafat belum belum menjadi sultan alasannya kesultanan Banten ketika itu kembali dipimpin oleh kakeknya Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdul Qadir.
Beliau dikenal sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan agama Islam di daerahnya. Ia mendatangkan banyak guru agama dari Arab, Aceh dan kawasan lain untuk membina mental para pasukan Kesultanan Banten. Sultan Ageng Tirtayasa juga dikenal sebagai hebat taktik dalam perang.
Di bawah kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa pula kesultanan Banten mencapai puncak kejayaan dan kemegahannya. Ia menciptakan memajukan sistem pertanian dan irigasi baik dan juga berhasil menyusun armada perangnya. Satu hal yang penting mengapa Kesultanan Banten ketika itu mencapai puncak kejayaannya ialah hubungan diplomatik yang berpengaruh antara kesultanan Banten dengan kerajaan lainnya di Indonesia menyerupai Makassar, Cirebon, Indrapura dan Bangka.
Disamping itu Sultan Ageng Tirtayasa juga menjalin hubungan baik dibidang perdagangan dan pelayaran serta diplomatik dengan negara-negara Eropa menyerupai Inggris, Turki, Denmark serta Perancis. Hubungan inilah yang menciptakan pelabuhan Banten sangat ramai dikunjungi oleh para pedagang-pedagang dari luar menyerupai Persia, Arab, India, china, melayu serta philipina.
Sultan Ageng Tirtayasa juga sempat membantu Trunojoyo dalam pemberontakan di Mataram. Beliau bahkan membebaskan Pangeran Martawijaya dan Pangeran Kartawijaya yang ketika itu ditahan di Mataram alasannya hubungan baiknya dengan Cirebon.
Di masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Konflik antara Kesultanan Banten dan Belanda semakin meruncing. Persoalannya ialah ikut campurnya Belanda dalam internal kesultanan Banten yang dikala itu sedang melaksanakan pemisahan pemerintahan. Belanda melalui politik sabung dombanya (Devide et Impera) menghasut Sultan Haji (Abu Nasr Abdul Kahar) melawan Pangeran Arya Purbaya yang merupakan saudaranya sendiri.
Sultan Haji mengira bahwa pembagian kiprah pemerintahan oleh Sultan Ageng Tirtayasa kepada ia dan saudaranya merupakan upaya menyingkirkan dirinya dari pewaris tahta kesultanan Banten dan diberikan kepada adiknya, Pangeran Arya Purbaya. Sultan Haji yang didukung oleh VOC Belanda kemudian berusaha menyingkirkan Sultan Ageng Tirtayasa.
Perang keluarga pun pecah. Pasukan Sultan Ageng Tirtayasa ketika itu mengepung pasukan Sultan Haji di kawasan Sorosowan (Banten). Namun pasukan pimpinan Kapten Tack dan Saint-Martin yang dikirim oleh Belanda tiba membantu Sultan Haji.
Perang antar keluarga yang berlarut-larut menciptakan Kesultanan Banten melemah. Akhirnya di tahun 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan kemudian dibawa ke Batavia dan dipenjara disana. Di tahun 1692, Sultan Ageng Tirtayasa karenanya wafat. Beliau kemudian dimakamkan di Kompleks Pemakaman raja-raja Banten di Provinsi Banten.
Pemerintah Indonesia kemudian memperlihatkan gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Ageng Tirtayasa pada tanggal 1 agustus 1970 melalui SK Presiden Republik Indonesia No. 045/TK/Tahun 1970. Nama Sultan Ageng Tirtayasa juga diabadikan sebagai nama salah satu universitas di Banten berjulukan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Nama lengkap : Sultan Ageng Tirtayasa (Abu al-Fath Abdulfattah)
Lahir: 1631, Banten
Meninggal: 1695, Jakarta
Masa Pemerintahan : 1651–1683
Anak Sultan Ageng Tirtayasa : Haji dari Banten, Arya Purbaya, Raden Muhsin, LAINNYA
Orang Tua: Ratu Martakusuma (ibu), Abdul Ma'ali Ahmad (ayah).
Biografi dan Profil Sultan Ageng Tirtayasa
Siapa nama orisinil Sultan Ageng Tirtayasa? Beliau diketahui lahir di Banten pada tahun 1631. Sejak kecil ia mempunyai banyak nama namun nama kecil Sultan Ageng Tirtayasa ialah Abdul Fatah atau Abu al-Fath Abdulfattah. Ayahnya berjulukan Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad yang merupakan sultan Banten dan ibunya berjulukan Ratu Martakusuma.Sultan Ageng Tirtayasa masih mempunyai darah keturunan Sunan Gunung Jati dari Cirebon melalui anaknya Sultan Maulana Hasanuddin. Diketahi bahwa Sunan Gunung Jati merupakan pendiri dari Kesultanan Banten. Sejak kecil sebelum diberi gelar Sultan Ageng Tirtayasa, Abdul Fatah diberi gelar Pangeran Surya.
Beliau diangkat sebagai Sultan Muda dengan gelar Pangeran Dipati ketika ayahnya Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad wafat. Abdul Fatah atau pangeran Dipati merupakan pewaris tahta kesultanan Banten. Namun dikala ayahnya wafat belum belum menjadi sultan alasannya kesultanan Banten ketika itu kembali dipimpin oleh kakeknya Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdul Qadir.
Sultan Ageng Tirtayasa dan Kejayaan Kesultanan Banten
Ketika kakeknya Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdul Qadir wafat di tahun 1651, Abdul Fatah atau pangeran Dipati kemudian naik tahta sebagai Sultan Banten ke 6 dengan nama Sultan Abul Fath Abdul Fattah atau Sultan Ageng Tirtayasa. Sewaktu naik tahta menjadi Sultan Banten, ia masih sangat muda.Beliau dikenal sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan agama Islam di daerahnya. Ia mendatangkan banyak guru agama dari Arab, Aceh dan kawasan lain untuk membina mental para pasukan Kesultanan Banten. Sultan Ageng Tirtayasa juga dikenal sebagai hebat taktik dalam perang.
Di bawah kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa pula kesultanan Banten mencapai puncak kejayaan dan kemegahannya. Ia menciptakan memajukan sistem pertanian dan irigasi baik dan juga berhasil menyusun armada perangnya. Satu hal yang penting mengapa Kesultanan Banten ketika itu mencapai puncak kejayaannya ialah hubungan diplomatik yang berpengaruh antara kesultanan Banten dengan kerajaan lainnya di Indonesia menyerupai Makassar, Cirebon, Indrapura dan Bangka.
Disamping itu Sultan Ageng Tirtayasa juga menjalin hubungan baik dibidang perdagangan dan pelayaran serta diplomatik dengan negara-negara Eropa menyerupai Inggris, Turki, Denmark serta Perancis. Hubungan inilah yang menciptakan pelabuhan Banten sangat ramai dikunjungi oleh para pedagang-pedagang dari luar menyerupai Persia, Arab, India, china, melayu serta philipina.
Sultan Ageng Tirtayasa juga sempat membantu Trunojoyo dalam pemberontakan di Mataram. Beliau bahkan membebaskan Pangeran Martawijaya dan Pangeran Kartawijaya yang ketika itu ditahan di Mataram alasannya hubungan baiknya dengan Cirebon.
Di masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Konflik antara Kesultanan Banten dan Belanda semakin meruncing. Persoalannya ialah ikut campurnya Belanda dalam internal kesultanan Banten yang dikala itu sedang melaksanakan pemisahan pemerintahan. Belanda melalui politik sabung dombanya (Devide et Impera) menghasut Sultan Haji (Abu Nasr Abdul Kahar) melawan Pangeran Arya Purbaya yang merupakan saudaranya sendiri.
Sultan Haji mengira bahwa pembagian kiprah pemerintahan oleh Sultan Ageng Tirtayasa kepada ia dan saudaranya merupakan upaya menyingkirkan dirinya dari pewaris tahta kesultanan Banten dan diberikan kepada adiknya, Pangeran Arya Purbaya. Sultan Haji yang didukung oleh VOC Belanda kemudian berusaha menyingkirkan Sultan Ageng Tirtayasa.
Perang keluarga pun pecah. Pasukan Sultan Ageng Tirtayasa ketika itu mengepung pasukan Sultan Haji di kawasan Sorosowan (Banten). Namun pasukan pimpinan Kapten Tack dan Saint-Martin yang dikirim oleh Belanda tiba membantu Sultan Haji.
Sultan Ageng Tirtayasa Tertangkap dan Wafat
Perang antar keluarga yang berlarut-larut menciptakan Kesultanan Banten melemah. Akhirnya di tahun 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan kemudian dibawa ke Batavia dan dipenjara disana. Di tahun 1692, Sultan Ageng Tirtayasa karenanya wafat. Beliau kemudian dimakamkan di Kompleks Pemakaman raja-raja Banten di Provinsi Banten.Pemerintah Indonesia kemudian memperlihatkan gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Ageng Tirtayasa pada tanggal 1 agustus 1970 melalui SK Presiden Republik Indonesia No. 045/TK/Tahun 1970. Nama Sultan Ageng Tirtayasa juga diabadikan sebagai nama salah satu universitas di Banten berjulukan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Biodata Sultan Ageng Tirtayasa
Lahir: 1631, Banten
Meninggal: 1695, Jakarta
Masa Pemerintahan : 1651–1683
Anak Sultan Ageng Tirtayasa : Haji dari Banten, Arya Purbaya, Raden Muhsin, LAINNYA
Orang Tua: Ratu Martakusuma (ibu), Abdul Ma'ali Ahmad (ayah).
0 Response to "Biografi Dan Profil Sultan Ageng Tirtayasa - Satria Nasional Dari Banten"
Post a Comment