Biografi Dan Profil Wolter Monginsidi - Dongeng Patriotik Pendekar Nasional
Biografiku.com - Robert Wolter Monginsidi, namanya populer seantero Indonesia sebagai seorang Pahlawan Nasional yang gugur ketika melawan penjajahan Belanda. 'Setia Hingga Terakhir Dalam Keyakinan' itulah selembar puisi yang terselip dalam kitab Alkitab yang ia pegang ketika dihukum oleh Belanda. Seorang patriot sejati yang sampai ajalnya memegang teguh apa yang ia yakini.
Di buku-buku sejarah yang mengulas mengenai profil Wolter Monginsidi, dikatakan bahwa dia dilahirkan di Desa Mamayang, Manado pada tanggal 14 Februari 1925. Ayahnya berjulukan Petrus Monginsidi dan ibunya berjulukan Lina Suawa. Ia biasa dipanggil dengan nama 'Bote'.
Meskipun tumbuh di masa-masa sulit, semenjak kecil ia dikenal sebagai pemberani dan memegang teguh kebenarannya. Pendidikan Wolter Monginsidi dimulai di HIS (Hollandsch-Inlandsche School). Tamat dari sana ia kemudian mencar ilmu di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) Flater, Manado.
Ketika gres saja naik kelas 2, Perang Pasifik pecah. Tak usang kemudian, ia melanjutkan sekolahnya di Sekolah Pegawai dan Calon Guru Bahasa Jepang di wilayah Tomohon. Tamat dari situ dia kemudian mulai mengajar bahasa Jepang diberbagai tempat.
Awalnya ia mengajar di Liwutung, Sulawesi Utara kemudian pindah ke Luwuk, Sulawesi Tengah dan terakhir ia ke Makassar, Sulawesi Selatan. Disana ia sudah masuk di SNIP Nasional pada tahun 1945. Disaat itu juga proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta.
Namun sesudah itu, Belanda yang dibonceng oleh NICA kembali ke Indonesia. Perang kemudian terjadi di banyak sekali kawasan termasuk di Sulawesi Selatan. Melihat keadaan tersebut, Wolter Mongisidi terpanggil untuk ikut berjuang dan disinilah semangat patriotnya muncul.
Bersama dengan para perjaka lain, Wolter Monginsidi bergabung dalam LAPRIS (LAskar Pemberontak Rakyat Sulawesi Selatan) dibawah kepemimpinan Ranggong Daeng Romo diwilayah Polobangkeng, Makassar.
Oleh Belanda, Wolter Monginsidi sudah dianggap sebagai pemberontak dan gerilyawan. Meskipun begitu, Pasukan Belanda kerap kerepotan terhadap perlawanan dari Wolter Monginsidi dan para perjaka lainnya yang memakai strategi perang gerilya.
Perlawanan Wolter Monginsidi terhadap Belanda hasilnya kandas dikala ia tertangkap pada tanggal 28 februari 1947 di Sekolah Menengah Pertama Nasional Makassar. Beliau hasilnya dijebloskan ke penjara. Namun pada bulan Oktober 1947, ia bersama dengan tiga tahanan lain meloloskan diri dari penjara melalui cerobong asap di dapur.
Namun untuk kedua kalinya belia tertangkap dan kemudian dijebloskan kembali ke penjara di tangsi batalyon KNIL Belanda di jalan Mattoangin, Makassar dan dijatuhi vonis sanksi mati pada tanggal 26 maret 1949.
Menurut Drs. Yusuf Bauty yang ketika itu dipenjara bersama Wolter Monginsidi, Belanda ketika itu sempat mengatakan pengampunan sanksi (pengampunan) kepada Wolter Monginsidi namun ia tolak dengan alasan mengajukan pengampunan sanksi sama saja menyerupai penghianatan bagi teman-temannya dan juga keyakinannya. (majalah Intisari, 1975). Di penjara, Wolter Monginsidi lebih banyak membaca buku-buku sejarah dan pelajaran bahasa. Ia juga rajin membaca kitab Injil.
Eksekusi Mati terhadap Wolter Monginsidi dilakukan pada tanggal 5 september 1949 pada pukul 05.00 subuh hari yang berlokasi di wilayah Pacinang, Makassar. Robert Wolter Mongisidi, Putera terbaik bangsa itu gugur di depan regu tembak pasukan Belanda pada usia 24 tahun.
'Setia sampai terakhir dalam keyakinan' yaitu kalimat terakhir yang ia tulis dalam secarik kertas dan di selipkan dalam kitab Alkitab yang ia biasa baca. Jenazah Wolter Mongisidi kemudian dimakamkan tak jauh dari kawasan eksekusinya di Pacinang. Namun kemudian jasadnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Makassar pada tanggal 10 November 1950.
Selain itu, nama Wolter Monginsidi juga diabadikan sebagai nama Bandara di Kendari, Sulawesi Tenggara dan juga nama kapal perang KRI Wolter Monginsidi serta nama satuan Yonif 720/Wolter Monginsidi.
Biografi dan Profil Wolter Monginsidi
Di buku-buku sejarah yang mengulas mengenai profil Wolter Monginsidi, dikatakan bahwa dia dilahirkan di Desa Mamayang, Manado pada tanggal 14 Februari 1925. Ayahnya berjulukan Petrus Monginsidi dan ibunya berjulukan Lina Suawa. Ia biasa dipanggil dengan nama 'Bote'.Meskipun tumbuh di masa-masa sulit, semenjak kecil ia dikenal sebagai pemberani dan memegang teguh kebenarannya. Pendidikan Wolter Monginsidi dimulai di HIS (Hollandsch-Inlandsche School). Tamat dari sana ia kemudian mencar ilmu di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) Flater, Manado.
Ketika gres saja naik kelas 2, Perang Pasifik pecah. Tak usang kemudian, ia melanjutkan sekolahnya di Sekolah Pegawai dan Calon Guru Bahasa Jepang di wilayah Tomohon. Tamat dari situ dia kemudian mulai mengajar bahasa Jepang diberbagai tempat.
Awalnya ia mengajar di Liwutung, Sulawesi Utara kemudian pindah ke Luwuk, Sulawesi Tengah dan terakhir ia ke Makassar, Sulawesi Selatan. Disana ia sudah masuk di SNIP Nasional pada tahun 1945. Disaat itu juga proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta.
Wolter Monginsidi dan Perlawanan Terhadap Belanda
Namun sesudah itu, Belanda yang dibonceng oleh NICA kembali ke Indonesia. Perang kemudian terjadi di banyak sekali kawasan termasuk di Sulawesi Selatan. Melihat keadaan tersebut, Wolter Mongisidi terpanggil untuk ikut berjuang dan disinilah semangat patriotnya muncul.Bersama dengan para perjaka lain, Wolter Monginsidi bergabung dalam LAPRIS (LAskar Pemberontak Rakyat Sulawesi Selatan) dibawah kepemimpinan Ranggong Daeng Romo diwilayah Polobangkeng, Makassar.
Oleh Belanda, Wolter Monginsidi sudah dianggap sebagai pemberontak dan gerilyawan. Meskipun begitu, Pasukan Belanda kerap kerepotan terhadap perlawanan dari Wolter Monginsidi dan para perjaka lainnya yang memakai strategi perang gerilya.
Perlawanan Wolter Monginsidi terhadap Belanda hasilnya kandas dikala ia tertangkap pada tanggal 28 februari 1947 di Sekolah Menengah Pertama Nasional Makassar. Beliau hasilnya dijebloskan ke penjara. Namun pada bulan Oktober 1947, ia bersama dengan tiga tahanan lain meloloskan diri dari penjara melalui cerobong asap di dapur.
Namun untuk kedua kalinya belia tertangkap dan kemudian dijebloskan kembali ke penjara di tangsi batalyon KNIL Belanda di jalan Mattoangin, Makassar dan dijatuhi vonis sanksi mati pada tanggal 26 maret 1949.
Menurut Drs. Yusuf Bauty yang ketika itu dipenjara bersama Wolter Monginsidi, Belanda ketika itu sempat mengatakan pengampunan sanksi (pengampunan) kepada Wolter Monginsidi namun ia tolak dengan alasan mengajukan pengampunan sanksi sama saja menyerupai penghianatan bagi teman-temannya dan juga keyakinannya. (majalah Intisari, 1975). Di penjara, Wolter Monginsidi lebih banyak membaca buku-buku sejarah dan pelajaran bahasa. Ia juga rajin membaca kitab Injil.
Eksekusi Mati Wolter Monginsidi
Eksekusi Mati terhadap Wolter Monginsidi dilakukan pada tanggal 5 september 1949 pada pukul 05.00 subuh hari yang berlokasi di wilayah Pacinang, Makassar. Robert Wolter Mongisidi, Putera terbaik bangsa itu gugur di depan regu tembak pasukan Belanda pada usia 24 tahun....Jangan takut melihat masa yang akan datang. Saya telah turut membersihkan jalan bagi kalian meskipun belum semua tenagaku kukeluarkan. - Wolter MonginsidiPemerintah Indonesia kemudian mengatakan penghargaan berupa Bintang Mahaputra dan menganugerahkan gelar jagoan nasional kepada Wolter Monginsidi pada tanggal 6 November 1973. Namanya juga banyak dipakai sebagai nama jalan di Indonesia.
Selain itu, nama Wolter Monginsidi juga diabadikan sebagai nama Bandara di Kendari, Sulawesi Tenggara dan juga nama kapal perang KRI Wolter Monginsidi serta nama satuan Yonif 720/Wolter Monginsidi.
0 Response to "Biografi Dan Profil Wolter Monginsidi - Dongeng Patriotik Pendekar Nasional"
Post a Comment